Pepatah bilang:
Alah bisa karena biasa
Seringkali apa yang kita kerjakan saat ini merupakan perulangan yang dilakukan secara otomatis, tanpa perlu memikirkan lagi, pokoknya otomatis gitu aja. Ada yang mengatakan, ketika ada sesuatu yang terjadi, intuisi dan insting kita langsung memerintahkan untuk merespon dengan sesuatu untuk menjawab stimulasi yang diberikan. Semuanya lepas kendali, tanpa diatur secara strict oleh otak kita. Kalau dalam istilah Islam sebagaimana diungkapkan oleh Imam Ghazali, inilah yang disebut dengan akhlaq, sesuatu yang dikerjakan secara spontan tanpa perlu pemikiran yang mendalam.
Seperti ketika tangan kita tersentuh oleh api, otomatis kita akan segera menarik diri tangan kita agar tidak terbakar, begitu pula dalam banyak aktifitas yang kita kerjakan ketika berhadapan dengan komputer.
Bagi saya yang setiap hari, selama sekian jam selalu nangkring di depan komputer, beberapa perilaku ketika menggunakan komputer pun pada akhirnya berubah menjadi akhlak.
Contohnya seperti gambar yang ada di samping ini, Safari memang benar-benar pintar memanfaatkan akhlak pengguna Jendela™ (a.k.a Windows™) seperti saya ini, selama ini kita dibiasakan dengan Confirmation Box Yes/No dengan meletakkan Yes di kiri, dan No di kanan. Sebagai perbandingan kita perhatikan Confirmation Box dari Microsoft Office di bawah ini:
Terlihat bahwa Windows meletakkan urutan tombol dalam Confirmation Box dengan urutannya berturut-turut Yes – No – Cancel.
Karena telah menjadi kebiasaan, maka ketika ada Confirmation Box yang sejenis, maka saya akan memilih tombol paling kiri untuk memilih Yes dan tombol sebelah kanannya untuk tombol No.
Safari sebagai browser besutan Apple ini memang cukup “cerdas” dalam menjebak user. Di komputer saya, Safari bukanlah default browser, kemudian ketika saya membuka sebuah website dengan Safari, tiba-tiba browser ini langsung memunculkan pertanyaan, apakah hendak menjadikan Safari sebagai default browser. Nah dalam rangka menjebak user yang sudah memiliki “akhlak” tadi, maka dia tempatkan tombol Yes di sebelah kanan, dan No di sebelah kiri.
Akhirnya, terjadilah apa yang terjadi, karena saya juga termasuk pengguna yang sudah memiliki “akhlak” karena lamanya interaksi dengan komputer, tanpa pikir panjang langsung mencari tombol sebelah kanan dan langsung klik begitu saja. Baru setelah itu saya sadar, loh kok saya ngeklik Yes, bukannya seharusnya No? Karena saya memang tidak ingin Safari yang menjadi default browser.
Wah kejebak deh saya …. Tapi setidaknya saya salut dengan Safari, setidaknya dapat memberikan gambaran, bahwa “akhlak” berkomputer tidak cuma satu saja. Memang Apple tidak ada “matinya” dalam urusan kreatifitas, termasuk kreatifitas untuk merubah akhlak para pengguna Jendela™ seperti saya …he…he..